Selasa, 21 Desember 2010

Asuhan keperawatan pada lansia dengan pola tidur dan aktifitas


Asuhan keperawatan pada lansia dengan pola tidur dan aktifitas(binti kholifatul muakhirin)

Pendahuluan

Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan, baik secara fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan energi, menjaga irama biologis, dan memperbaii kesadaran mental dan efisiensi neurologist,. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera.
Lansia yang terganggu waktu tidurnya menjadi cepat lupa, diorientasi dan konfusi: orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan kegelisahan, perilaku keluyuran, dan syndrome sundowner (komfusi, agitasi, dan perilaku terganggu selama sore menjelang senja).
Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi banyak obat, dan gangguan organic atau mental.

Pola tidur pada lansia
Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan bola mata cepat(rapid eye movement, REM) dan non REM. Tidur non REM dibagi menjadi empat tahap: padsa tahap 1, jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari ia telah tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap ini. Pada tahap 2 dan 3, meliputi tidur dalam yang progresif. Pada tahap 4, tingkat terdalam, sulit untuk dibangunkan.
Tidur tahap 4 sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Tahap ini sangat jelas terlihat menurun pada lansia, tetapi mereka belum mengetahui akibat dari penurunan ini. Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan tahap 3 dan 4 waktu non-REM, lebih banyak terbangun pada malam hari disbanding tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas tidur di malam hari pada beberapa lansia.
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari sekali. Pada tidur REM, aktifitas dan tanda-tanda vital mengalami akselerasi, yang menyebabkan peningkatan kesenangan dan pelepasan ketegangan yang dimanifestasikan dengan tersentak dan berbalik, kedutan otot, dan peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan tekanan darah. Tidur REM membantu melepaskan ketegangan dan membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan tidur REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan.

Manifestasi klinis
Gangguan tidur pada lansia
Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai factor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan gangguan pola tidur. Perubahan- perubahan mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang. Diantar lansia yang sehat terdapat beberapa lansia yang mengalami berbagi masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur. Antara lain:
·                    Penyakit psikiatrik, terutama depresi
·                    Penyakit Alzheimer dan penyakit degeratif neuro lainnya
·                    Penyakit kardivaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung
·                    Inkompetensi jalan nafas atas
·                    Penyakit paru
·                    Penyakit prostatik
·                    Endokrinopati
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi di kalangan lansia:

1.      Insomnia
Insomnia adalah gangguan ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia meliputi ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk tidur kembali dan terbangun pada dini hari. Maka perhatian harus diberikan pada factor biologis, emosional dan medis yang berperan.

2.      Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam, dengan keluhan tidur berlebihan. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur , tampak mabuk dan kemotose, atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.

3.      Apnea tidur
Apnea tidur adalah berhentinya pernafasan selama tidur. Gangguan ini diidentifikasi dengan gejala mendengkur, berhentinya pernafasan minimal 10 detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Gejala apnea tidur antara lain:
  • Dengkuran yang keras dan periodic
  • Aktifitas malam hari yang luar biasa, seperti: duduk tegak, berjalan dalam tidur, terjatuh dari tempat tidur
  • Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
  • Perubahan memori
  • Depresi
  • Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
  • Nokturia
  • Sakit kepala di pagi hari
  • Ortopnea akibat apnea tidur
Pasien di anjurkan untuk menghindari alcohol dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi respon terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur di atas kursi.
Diagnosa
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
  1. Pola tidur penderita
  2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
  3. Tingkatan stres psikis
  4. Riwayat medis
  5. Aktivitas fisik.

Pengobatan
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia. Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.
Pengobatan insomnia biasanya dimulai dengan:
  1. Menghilangkan kebiasaan (pindah tempat tidur, memakai tempat tidur hanya untuk tidur, dll)
  2. Jika tidak berhasil dapat diberikan obat golongan hipnotik (harus konsultasi dengan psikiater).

Penatalaksanaan gangguan tidur pada lansia
1.      Pencegahan Primer
  1. tidur seperlunya
  2. waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan menyebabkan awitan tidur yang teratur
  3. jumlah latihan yang stabil setiap harinya
  4. bunyi bising yang bersifat kadang-kadang
  5. ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu pola tidur
  6. rasa lapar dapat mengganggu tidur
  7. pil tidur yang kadang-kadang saja digunakan akan bersifat menguntungkan
  8. kafein di malam hari dapat mengganggu tidur
  9. alcohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah
  10. orang-orang yang merasa marah dan frustasi harus menyalakan lampu dan melakukan hal lain yang berbeda
  11. menggunakan tembakau secara kronis dapata mengganggu tidur
2.      Pencegahan Sekunder
Pengkajian oleh perawat harus mencakup factor-faktor berikut:
  1. berapa baik lansia tersebut tidur di rumah?
  2. Berapa kali lansia tersebut terbangun di malam hari?
  3. Kapan lansia tersebut pergi ke tempat tidur dan terbangun?
  4. Ritual apa yang terjadi menjelang tidur?
  5. Berapa jumlah dan  jenis latihan yang di lakukan setiap hari?
  6. Apakah posisi yang paling di sukai pada saat tidur?
  7. Aktifitas apa yang di lakukan beberapa jam sebelum tidur?
  8. Berapa banyak waktu yang di habiskan orang tersebut dalam hobinya?
  9. Persepsi orang tersebut tentang kepuasan hidup dan status kesehatannya?
3.      Pencegahan Tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan, kondisi pasien memerlukan rehabilitasi untuk tindakan-tindakan seperti pengangkatan jaringan yang di mulut dan mempengaruhi jalan napas.

Penatalaksanaan terapeutik
1). Pergi tidur hanya jika mengantuk
2). Gunakan temapat tidur hanya untuk tidur
3). Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain
4). Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi
5). Jangan tidur di siang hari

Intervensi keperwatan
  • Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur
  • Bantu orang tersebut untuk rileks pada saat menjelang tidur
  • Memeberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri dan memberi kehangatan
  • Jangan biarkan pasien meminum kafein
  • Lakukan tindakan-tindakan yang masuk akal seperti memutar musik lembut di raio dan menawarkan susu hangat


IMOBILITAS DAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA LANSIA
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang untuk berpartisipasi dalam menikmati kehidupan.
Intoleransi aktivitas
Definisi suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Batasan karakteristik :
1.      Secara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan.
2.      Denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal terhadap aktivitas.
3.      Rasa tidak nyaman atau dipsnea setelah beraktivitas.
4.      Perubahan elektro kardiografis yang menunjukkan adanya disritmia atau iskemia.

Faktor-faktor yang berhubungan :
-          Faktor internal :
1.      Penurunan fungsi muskuluskeletal : otot (atrofi, distrofi, cedera), tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis atau osteomalaisia), sendi (atritis dan tumor), kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).
2.      Perubahan fungsi neurologis : infeksi (misalnya ensefalitis), tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskuler, penyakit demielinasi (misalnya sklerosis multipel), penyakit degeneratif, terpajan produk racun, gangguan metabolik, gangguan nutrisi.
3.      Nyeri : penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma.
4.      Defisit perseptual : kelebihan atau kekurangan masukkan persepsi sensori.
5.      Berkurangnya kemampuan kognitif : gangguan proses kognitif seperti dimensia berat.
6.      Jatuh : efek fisik (cedera atau fraktur), efek psikologis (sindrom setelah jatuh).
7.      Perubahan hubungan sosial : faktor aktual (misalnya kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga atau teman-teman), faktor persepsi (misalnya perubahan pola fikir seperti depresi).
8.      Aspek psikologis : ketidakberdayaan dalam belajar, depresi

-          Faktor eksternal :
Program terapeutik, karakteristik tempat tinggal dan staf, pemberian askep, hambatan-hambatan, dan kebijakan institusi.

Manifestasi klinis
1.      Penurunan konsumsi oksigen maksimum: intoleransi ortostatik
2.      Penurunan fungsi ventrikel kiri; peningkatan denyut jantung, sinkop
3.      Penurunan curah jantung: penurunan toleransi latihan
4.      Penurunan volume sekuncup: penurunan kapasitas kebugaran
5.      Peningkatan katabolisme protein: penurunan massa otot tubuh, atrofi maskuler, penurunan kekuatan otot
6.      Peningkatan pembuangan kalsium: osteoporosis
7.      Perlambatan fungsi usus: konstipasi
8.      Pengurangan miksi: penurunan evakuasi kandung kemih
9.      Gangguan metabolisme glukosa: intoleransi glukosa
10.  Penurunan ukuran thoraks: penurunan kapasitas fungsional residual
11.  Penurunan aliran darah pulmonal: atelektasis, peningkatan pH
12.  Penurunan cairan tubuh total: penurunan volume plasma, penuruna keseimbangan natrium
13.  Gangguan sensori: perubahan kognisi, depresi dan ansietas, perubahan persepsi
14.  Gangguan tidur: bermimpi di siang hari, halusinasi

Penatalaksanaan
1.      Pencegahan primer
Latihan sangat bermanfaat bagi lansia yang sehat maupun untuk mereka yang mengalami masalah fisik atau mental yang kronik. Aktifitas dan latihan yang dianjurkan yang dapat meningkatkan energi, mempertahankan mobilitas, dan meningkatkan kemampuan kardiovaskuler dan pulmonal. Lansia mengalami peningkatan status kesehatan yang signifikan dengan aktivitas fisik tingkat rendah sampai sedang dalam waktu luangnya ketika aktivitas-aktifitas ini di praktikkan secara teratur dan dengan durasi yang dan intensitas yang sesuai, tetapi manfaat utama dari latihan adlah pemeliharaan dan peningkatan fungsi fisik, mental, emosional, dan sosial terhadap diri sendiri dan kemandirian yang lebih besar.
2.      Hambatan terhadap latihan
Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telsh meninggal, perilaku gaya hidup tertentu, depresi, gangguan tidur, kurangnya transportasi, dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
3.      Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperwatan yang dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
4.      Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitaif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktifis sosial dan keluarga serta teman-teman.

Pengkajian
·         Kemunduran muskuluskletal: penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot, rentang gerak sendi dan kekuatan skeletal
·         Kemunduran kardiovaskuler: tanda-tanda tromboflebitis (eritema, edema, nyeri tekan, dan tanda homans positif).
·         Kemunduran respirasi: atelektasis, pneumonia, peningkatan temperatur dan denyut jantung, perubahan pergerakan dada, perkusi bunyi nafas, dan gas darah arteri
·         Perubahan- perubahan integumen: reaksi inflamasi
·         Perubahan-perubahan fungsi urinaria: berkemjh sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan bagian atas kandung kemih yang tidak dapat di raba
·         Perubahan-perubahan gastrointestinal: konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan sakit kepala
·         Faktor-faktor lingkungan: di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien
·         Mengkaji fungsional klien
A.KATZ Indeks
Termasuk katagori yang mana:Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi.
Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
B. Indeks ADL BARTHEL (BAI)
NO
FUNGSI
SKOR
KETERANGAN
1
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
0
1
2
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
Terkendali teratur.
2
Mengendalikan rangsang berkemih
0
1
2
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3
Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
5
Makan
0
1
2
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
6
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
7
Berpindah/ berjalan
0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda.
Berjalan dengan bantuan 1 orang.
Mandiri
8
Memakai baju
0
1
2
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: memakai baju)
Mandiri.
9
Naik turun tangga
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
10
Mandi
0
1
Tergantung orang lain
Mandiri




TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.
MASALAH KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan rasa nyaman nyeri
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
Gangguan perfusi jaringan perifer
Kurang perawatan diri
Resiko terhadap cidera
Resiko terjadi infeksi
konstipasi
Intervensi keperwatan
·         Kontraksi otot isometric adalah untuk memepertahankan kekuatan otot dan mobilitas dalam keadaan berdiri
·         Kontraksi otot isotonic adalah untuk mempertahankan kekuatan otot-otot dan tulang
·         Latihan kekuatan adalah untuk meningkatkan kekuatan dan massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang dan kandungan mineral total dalam tubuh
·         Latihan aerobic
·         Latihan rentang gerak adalah latihan aktif dapat menbantu fleksibilitas sendi dan kekuatan otot
Daftar pustaka
Maryam R Siti,dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Tamher S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Stochlager L Jaime. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC
Stanley Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC